Sunday, May 25, 2014

Kisah Pilu Atletico dan 40 Tahun Kutukan El Pupas

Momen ketika Sergio Ramos menyundul bola yang membuyarkan kemenangan Atletico Madrid di injury time final Liga Champions 2014 (c) Bleacherreport
Tulisan ini juga saya (M. Rizqi) publikasikan melalui Bola.Net

15 Mei 1974 akan selalu dikenang sebagai hari paling kelam dalam sejarah Atletico Madrid. Kala itu, Los Colchoneros menjalani laga final European Cup pertama dalam sejarah klub dengan menghadapi raksasa Jerman, Bayern Munich. Malam itu Atletico berpeluang mencatatkan tinta emas dalam sejarah klub, yang sayangnya justru berakhir dengan sebuah tragedi kelam dan 'melahirkan' kutukan yang terus menghantui mereka sampai puluhan tahun berselang.

Dalam laga tersebut, Atletico yang tampil sebagai underdog secara luar biasa mampu mengimbangi permainan Die Roten dalam 90 menit laga normal. Puncaknya adalah saat babak tambahan waktu tinggal menyisakan enam menit, tendangan bebas sang legenda, Luis Aragones melengkung mulus melewati pagar betis Bayern dan bersarang ke gawang kiper Sepp Maier yang sudah mati langkah.

Atletico pun larut dalam euforia juara, sebaliknya, kondisi mental Bayern sudah hancur berantakan mengingat mepetnya waktu yang tersisa. Saking desperate-nya Bayern, pelatih Udo Lattek hanya menjawab "Tak ada." saat salah seorang pemainnya bertanya apa yang harus dilakukan untuk mengejar ketinggalan.

Namun mimpi indah Atletico tersebut sirna hanya beberapa saat sebelum laga berakhir. 20 detik jelang peluit panjang, defender Bayern, Hans-Georg Schwarzenbeck dengan kikuk melepaskan tendangan keras menyusur tanah dari jarak 40 meter yang di luar dugaan sukses membobol gawang Atletico.

Pria kelahiran Munich ini memang tak memiliki catatan mencetak gol yang mumpuni, sepanjang karirnya ia hanya membukukan 21 gol dalam lebih dari 400 laga bersama Bayern. Karena itulah, tak ada seorangpun yang mengira Schwarzenbeck akan mampu mencetak gol penyeimbang. Bek Bayern lainnya, Paul Breitner bahkan mengaku ia sempat berharap agar Schwarzenbeck tak melepas tembakan yang berpotensi membuang peluang terakhir Bayern.

Karena sistem adu penalti belum diterapkan kala itu, hasil imbang memaksa laga final diulang di tempat yang sama, dua hari kemudian. Bayern tak melakukan kesalahan yang sama di pertandingan replay dan keluar sebagai juara dengan skor empat gol tanpa balas.

Begitu menyakitkannya gol tersebut, tak heran jika gol Schwarzenbeck menimbulkan luka mendalam di hati para penggawa Atletico. Presiden klub kala itu, Vicente Calderon, mengutuk gol tersebut dan menjuluki timnya sendiri dengan sebutan El Pupas, atau Yang Tersial. Julukan yang ternyata membawa dampak buruk untuk Atletico dalam jangka waktu yang sangat lama.

Saturday, January 25, 2014

Mohamed Salah, Anelka, dan Laten Kontroversi Anti Yahudi

Mohamed Salah, punya reputasi anti Yahudi di masa lalu

Tulisan ini juga saya (M. Rizqi) publikasikan melalui Bola.Net

Pengumuman resmi yang dikeluarkan Chelsea terkait kesepakatan yang dicapai dengan attacker Basel, Mohamed Salah, telah memantik reaksi yang beragam di kalangan pemerhati sepakbola. Kedatangan pemain asal Mesir ini bisa dibilang memiliki efek domino karena turut berpengaruh terhadap beberapa isu penting sekaligus.

Sebut saja soal pergerakan transfer Liverpool yang cukup lambat sehingga Salah menambah panjang daftar incaran mereka yang ditelikung oleh tim lain, atau selentingan bahwa datangnya Salah telah membuka pintu keluar bagi Juan Mata ke Old Trafford.

Dengan mengabaikan filler-filler tersebut, sebenarnya pembelian Salah dengan nominal yang disinyalir tak sampai 15 juta Pounds ini harus diakui adalah sebuah transfer yang cerdas. Meskipun bertubuh mungil, namun pemain berkaki kidal ini mampu tampil apik sebagai inverted winger di sisi kanan. Ia juga tak canggung ditempatkan di sisi kiri ataupun tepat di belakang striker.

Kecepatan, penempatan posisi, dan kualitas umpan silang yang mumpuni merupakan senjata andalannya. Menilik statistiknya bersama Basel, Salah membukukan 20 gol dan 17 assist dalam 79 penampilan di segala kompetisi. Tentu bukan tanpa alasan ia dijuluki sebagai 'Lionel Messi dari Mesir'.

Meski demikian, Salah juga memiliki sisi lain yang berpotensi merugikan Chelsea. Adalah sentimen anti-semitisme, atau sikap antipati terhadap komunitas Yahudi, yang menjadi bom waktu dalam diri Salah dan bisa meledak sewaktu-waktu di masa yang akan datang.