Thursday, February 21, 2013

Juventus ‘Il Gigante Buono’, Bek Sekaligus Penyerang Kelas Dunia



My tribute to John Charles
Remembrance of his 9th death anniversary
21 February 2004 – 21 February 2013
All hail The Gentle Giant, The Real Example of Fairplay

Ketika anda sedang bermain game sepakbola seperti Football Manager, Pro Evolution Soccer, ataupun FIFA, pasti ada masanya ketika anda mencapai titik jenuh untuk bermain normal dan menuruti bisikan setan untuk menciptakan pemain “sempurna” di menu edit player. Jangkung dan kekar, unggul dalam bola atas tapi sekaligus lincah dalam pergerakan. Pemain allround yang tidak hanya memiliki shooting mematikan, tapi juga jitu merebut bola dengan tackling. Sama baiknya dalam atribut menyerang dan bertahan, sehingga skill di spider diagram-nya akan terlihat penuh ke sampai sudut-sudut. 

Anda akan terus memperhatikan bagaimana pemain sintetis tersebut menjadi pahlawan yang menghancurkan tim-tim lawan dalam tiap pertandingan. Sampai pada suatu ketika anda merasa semuanya menjadi terlalu mudah dan membosankan, anda kembali ke realita bahwa pemain sesempurna itu hanya eksis dalam dunia khayalan.

Tapi tahukah anda, di sepakbola pernah memiliki satu pemain abnormal yang memiliki skill kelas dunia dalam dua posisi, bertahan & menyerang sekaligus?

Wednesday, February 13, 2013

L'Affaire VA-OM, Skandal Sepakbola Terbesar di Prancis

Marseille Golden Era

Tulisan ini pernah saya publikasikan di footballfandom.net

Tragedi Sang Raja Eropa

Olympiastadion Munich, 26 Mei 1993. Pertandingan final Liga Champions antara Olympique Marseille melawan AC Milan memasuki menit ke 43. Marseille mendapatkan sepak pojok di sisi kiri pertahanan Milan yang dieksekusi oleh legenda hidup Ghana, Abedi “Pele” Ayew. Bola dilambungkan ke tiang dekat kepada Rudi Völler yang terlepas dari penjagaan Alessandro Costacurta, namun bola terlalu tinggi bagi keduanya. Tepat di belakangnya, Basile Boli mengalahkan double marking dari Frank Rijkaard dan Franco Baresi untuk kemudian mengarahkan heading akurat ke tiang jauh. Kiper Sebastiano Rossi mati langkah, terdiam melihat bola meluncur masuk gawangnya. Lautan biru putih di stadion langsung gegap gempita menyambut gol Boli, yang menjadi gol tunggal di pertandingan tersebut.

Marseille menasbihkan diri menjadi klub Perancis pertama—dan satu-satunya—yang pernah menjadi juara Eropa. Sang legenda Didier Deschamps yang baru berusia 25 tahun juga memecahkan rekor sebagai kapten termuda yang mengangkat trofi Champions. Tengoklah nama-nama yang menghuni skuat Marseille saat itu: Fabien Barthez berdiri di bawah mistar, mungkin tidak anda kenali karena saat itu dia masih berambut. Lini belakang L’OM diisi oleh palang pintu langganan Les Bleus seperti Manuel Amoros, Jocelyn Angloma, Basile Boli, Eric De Meco, dan Marcel Desailly. Mereka memiliki midfielder sekelas Deschamps, Dragan Stojkovic, Franck Sauzee, Jean-Marc Ferreri, dan Jean-Phillippe Durand. Sedangkan trio lini depan mereka juga sangat menakutkan: Völler, Ayew, dan Alen Bokšić yang saat itu menjadi top skorer liga. Tidak ada yang meragukan kualitas tim asuhan  Raymond Goethals tersebut.