Tulisan ini sebenarnya dipublikasikan pada tanggal 28 November 2009 di blog Blogspot saya yang lama. Blog tersebut kini sudah lenyap bersama dengan dihapusnya blog lama saya tersebut, dan tulisan ini adalah satu dari sedikit tulisan di sana yang masih terselamatkan. Namun demi alasan romantisme, maka saya tetap menggunakan tanggal tersebut sebagai tanggal posting di blog recovery saya ini. For the sake of more nostalgic feelings...
Akhirnya nge-post lagi di blog ini setelah libur 2 bulan lebih. Sebenarnya ada banyak ide yang muncul selama 2 bulan vakum, tapi nyaris nggak ada realisasi dalam bentuk tulisan gara-gara nggak ada waktu atau mood-nya nggak dapet. Nah, mumpung sekarang lagi ada waktu luang dan kebetulan mood saya lagi bagus buat nulis, saya nge-post lagi. Kali ini berhubungan dengan topik favorit saya: sepak bola. Lebih tepatnya tentang Indonesian Super League (ISL) milik negeri kita tercinta.
Ya, setelah libur beberapa bulan, akhirnya bulan Oktober kemarin ISL musim 2009/2010 resmi dimulai. 18 tim terbaik dari seluruh Indonesia berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Buat beberapa orang, mungkin sepak bola Indonesia bukan tontonan yang menarik. Wajar sih, karena memang secara teknik permainan, individu, wasit, dan banyak aspek lainnya ISL masih bisa dibilang "cupu" kalau dibandingkan dengan liga-liga Eropa. Tapi buat saya sendiri, mengikuti pertandingan-pertandingan ISL memiliki daya tarik tersendiri. Setiap ada pertandingan yang disiarkan langsung, tim manapun yang bertanding, sebisa mungkin saya akan menyempatkan diri untuk menontonnya. Entahlah, ada daya tarik tersendiri dari tiap pertandingan ISL yang nggak bisa ditemui di liga-liga Eropa.
Bicara soal siaran langsung ISL nggak akan bisa lepas dari ANTV. Channel satu ini sudah menyiarkan Liga Indonesia sejak tahun 2007 yang lalu, setelah memenangkan tender dengan kontrak berdurasi 10 tahun. Menurut saya pribadi, ANTV sudah lumayan bagus dalam penyajian tayangan serta pertandingannya walau ada beberapa aspek yang mengganjal. Beberapa hal yang sepanjang musim lalu sedikit "mengganggu" buat saya adalah kehadiran presenter wanita yang berganti-ganti, selalu berbusana dugem-style, namun nyaris semuanya buta tentang sepakbola (bahkan beberapa diantaranya saya perhatikan pekerjaannya hanya senyam-senyum dan sesekali menimpali diskusi komentator dengan ucapan yang nggak nyambung). Menurut saya, penggemar sepakbola sejati pasti akan merasa terganggu dengan kehadiran presenter wanita yang seperti itu, tidak pada tempatnya dan hanya merusak esensi dari sesi analisa pertandingan. Okelah, mungkin kehadiran mereka dimaksudkan untuk sedikit lebih "menyegarkan" suasana diantara presenter, bintang tamu, dan komentator yang semuanya pria. Tapi ini acara sepak bola, acara olahraga. Alangkah lebih baik jika komentator wanita yang ditampilkan setidaknya mengerti tentang istilah-istilah dasar sepakbola, smart, dan berbusana sporty namun elegan.
Untuk musim 2009/2010 ini, ANTV sudah memperbaiki hal tersebut. Saat ini format presenter wanita diberi stage terpisah untuk menerangkan kepada penonton tentang preview pertandingan serta fakta-fakta unik seputar pertandingan, terpisah dari 3 pengisi acara lainnya. Begitu juga dalam hal busana yang sporty dan elegan, beda dengan musim lalu yang seringkali kesannya murahan dan salah kostum. Dengan format baru ini, format acara lebih terstruktur dan para penonton bisa lebih memahami sajian analisa di awal, jeda, dan akhir pertandingan. Saya harap ANTV terus mempertahankan format presenter wanita seperti ini.
Bicara soal komentator, saya menemukan satu hal unik tentang kebiasaan pemakaian bahasa yang agak kurang tepat. Sejak musim lalu, saya menyadari bahwa komentator sering kali menggunakan kata "atau" ketika mereka salah menyebutkan nama pemain dan bermaksud meralatnya. Misalnya seorang Bio Paulin melakukan pelanggaran, namun komentator salah mengenali pemain tersebut sebagai Igbonefo, maka untuk meralatnya komentator biasanya menyebutkan seperti ini "...pelanggaran dilakukan oleh Igbonefo... atau Bio Paulin...". Penggunaan kata atau yang kurang tepat ini sering mengganggu, karena menyangkut nama pemain. Kalimat tadi bisa dipahami seolah-olah Bio Paulin dan Igbonefo adalah dua nama milik satu orang. Kalimatnya bisa lebih membingungkan lagi jika seperti ini, "... tendangan bebas diberikan karena Gonzalez offside... atau handsball ternyata...". Hal yang kecil namun sangat fundamental memang.
Salah satu hal positif lainnya yang diterapkan musim ini adalah pemerataan jatah siaran langsung. Jika musim lalu nyaris semua pertandingan yang disiarkan adalah pertandingan di Pulau Jawa (saya sampai bosan karena yang disiarkan tim yang itu-itu saja), kali ini jadwalnya lebih merata. ANTV saat ini juga menyiarkan pertandingan dari Pulau Sumatera di kandang PSPS dan Sriwijaya, Pulau Kalimantan di kandang Persisam, PKT dan Persiba, serta PSM dari Pulau Sulawesi. Untuk pertandingan di Pulau Papua yang belum terjangkau, rasanya masih bisa dimaklumi karena jarak yang jauh serta biaya operasional yang tinggi. Namun yang patut disayangkan adalah adanya kasus tim yang menolak siaran langsung, seperti Persisam Samarinda yang menolak siaran langsung dengan alasan khawatir jumlah penonton turun dan kurangnya koordinasi dengan pihak terkait. Ini merupakan hal yang tidak lazim, apalagi dihubungkan dengan mitos "raja penalti" yang disematkan kepada Persisam karena jumlah penalti yang mereka dapatkan di pertandingan kandang musim lalu nyaris sama jumlahnya dengan total pertandingan kandang yang mereka jalani. Satu pertandingan yang sudah masuk jadwal tayang antara Persisam vs Arema Malang sudah dibatalkan. Jika hal seperti ini tidak ditindak lanjuti, dikhawatirkan tim-tim lain akan mengambil sikap serupa dan menolak siaran langsung ANTV.
Oh iya, satu lagi hal baru yang saya temui dari siaran langsung ISL adalah munculnya fasilitas live chat yang memungkinkan sms dari pemirsa dimunculkan sebagai running text yang akan terus ditampilkan di bagian bawah layar sepanjang pertandingan. Fitur live chat ini pada awalnya ditujukan agar suporter dari kedua tim yang bertanding bisa menyuarakan dukungannya dan dilihat oleh pemirsa dari seluruh Indonesia. Cukup inovatif memang, saya sendiri belum pernah lihat yang model begini di siaran langsung liga-liga Eropa. Tapi lama kelamaan, saya jadi sadar bahwa fitur live chat ini memiliki beberapa akibat negatif. Admin harus benar-benar bekerja keras dan objektif untuk menyeleksi pesan-pesan yang masuk, jangan sampai pesan-pesan yang berbau rasis, flame, offense, dan Out Of Topic (OOT) ditampilkan di running text.
Peranan admin menjadi sangat penting dalam pengaturan live chat, karena dalam beberapa pertandingan terakhir saya mulai melihat beberapa pesan dari suporter yang pemikirannya kurang dewasa. Kata-kata macam "Ajari tim xxx caranya main bola" atau "Lawannya cuma tim xxx, kasih 3-0 aja" mungkin adalah kalimat yang wajar jika diucapkan kepada sesama suporter yang satu kubu. Tapi untuk suporter tim lawan, hal tersebut akan sangat menyinggung dan bisa menyulut emosi bahkan permusuhan. Akan lebih baik jika admin menyeleksi betul agar hanya komentar dukungan yang bernuansa sportif yang ditampilkan. Saya sendiri membayangkan bakal sibuknya admin jika pertandingan yang disiarkan antara 2 tim yang memiliki sejarah permusuhan yang mendarah daging, seperti Persija Jakarta vs Persib Bandung atau Arema Malang vs Persebaya Surabaya. Siapapun tahu seperti apa pemusuhan antara Jakmania dengan Bobotoh atau Aremania dengan Bonekmania. Saya bahkan sudah pernah membaca pesan bernada permusuhan antar kelompok-kelompok suporter tersebut tampil di running text, padahal yang bertanding bukan tim yang mereka dukung. OOT yang kelewat batas saya pikir, karena suporter dari tim yang benar-benar bertanding saat itu tentu sangat terganggu membacanya. Semoga tidak muncul hal-hal yang tidak diinginkan dari fitur live chat ini. Perdamaian antar suporter akan membuat ISL lebih menarik dan menguntungkan dari segi manapun.
Overall, walau ada beberapa kekurangan, sejauh ini saya merasa puas dengan siaran langsung ISL yang ditayangkan ANTV. Jika tidak ada halangan, saya akan selalu standby 90 menit di depan televisi menyaksikan pertandingan, walau tim manapun yang bertanding. Bravo sepakbola Indonesia!!!
*******************
Ya, setelah libur beberapa bulan, akhirnya bulan Oktober kemarin ISL musim 2009/2010 resmi dimulai. 18 tim terbaik dari seluruh Indonesia berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Buat beberapa orang, mungkin sepak bola Indonesia bukan tontonan yang menarik. Wajar sih, karena memang secara teknik permainan, individu, wasit, dan banyak aspek lainnya ISL masih bisa dibilang "cupu" kalau dibandingkan dengan liga-liga Eropa. Tapi buat saya sendiri, mengikuti pertandingan-pertandingan ISL memiliki daya tarik tersendiri. Setiap ada pertandingan yang disiarkan langsung, tim manapun yang bertanding, sebisa mungkin saya akan menyempatkan diri untuk menontonnya. Entahlah, ada daya tarik tersendiri dari tiap pertandingan ISL yang nggak bisa ditemui di liga-liga Eropa.
Bicara soal siaran langsung ISL nggak akan bisa lepas dari ANTV. Channel satu ini sudah menyiarkan Liga Indonesia sejak tahun 2007 yang lalu, setelah memenangkan tender dengan kontrak berdurasi 10 tahun. Menurut saya pribadi, ANTV sudah lumayan bagus dalam penyajian tayangan serta pertandingannya walau ada beberapa aspek yang mengganjal. Beberapa hal yang sepanjang musim lalu sedikit "mengganggu" buat saya adalah kehadiran presenter wanita yang berganti-ganti, selalu berbusana dugem-style, namun nyaris semuanya buta tentang sepakbola (bahkan beberapa diantaranya saya perhatikan pekerjaannya hanya senyam-senyum dan sesekali menimpali diskusi komentator dengan ucapan yang nggak nyambung). Menurut saya, penggemar sepakbola sejati pasti akan merasa terganggu dengan kehadiran presenter wanita yang seperti itu, tidak pada tempatnya dan hanya merusak esensi dari sesi analisa pertandingan. Okelah, mungkin kehadiran mereka dimaksudkan untuk sedikit lebih "menyegarkan" suasana diantara presenter, bintang tamu, dan komentator yang semuanya pria. Tapi ini acara sepak bola, acara olahraga. Alangkah lebih baik jika komentator wanita yang ditampilkan setidaknya mengerti tentang istilah-istilah dasar sepakbola, smart, dan berbusana sporty namun elegan.
Untuk musim 2009/2010 ini, ANTV sudah memperbaiki hal tersebut. Saat ini format presenter wanita diberi stage terpisah untuk menerangkan kepada penonton tentang preview pertandingan serta fakta-fakta unik seputar pertandingan, terpisah dari 3 pengisi acara lainnya. Begitu juga dalam hal busana yang sporty dan elegan, beda dengan musim lalu yang seringkali kesannya murahan dan salah kostum. Dengan format baru ini, format acara lebih terstruktur dan para penonton bisa lebih memahami sajian analisa di awal, jeda, dan akhir pertandingan. Saya harap ANTV terus mempertahankan format presenter wanita seperti ini.
Bicara soal komentator, saya menemukan satu hal unik tentang kebiasaan pemakaian bahasa yang agak kurang tepat. Sejak musim lalu, saya menyadari bahwa komentator sering kali menggunakan kata "atau" ketika mereka salah menyebutkan nama pemain dan bermaksud meralatnya. Misalnya seorang Bio Paulin melakukan pelanggaran, namun komentator salah mengenali pemain tersebut sebagai Igbonefo, maka untuk meralatnya komentator biasanya menyebutkan seperti ini "...pelanggaran dilakukan oleh Igbonefo... atau Bio Paulin...". Penggunaan kata atau yang kurang tepat ini sering mengganggu, karena menyangkut nama pemain. Kalimat tadi bisa dipahami seolah-olah Bio Paulin dan Igbonefo adalah dua nama milik satu orang. Kalimatnya bisa lebih membingungkan lagi jika seperti ini, "... tendangan bebas diberikan karena Gonzalez offside... atau handsball ternyata...". Hal yang kecil namun sangat fundamental memang.
Salah satu hal positif lainnya yang diterapkan musim ini adalah pemerataan jatah siaran langsung. Jika musim lalu nyaris semua pertandingan yang disiarkan adalah pertandingan di Pulau Jawa (saya sampai bosan karena yang disiarkan tim yang itu-itu saja), kali ini jadwalnya lebih merata. ANTV saat ini juga menyiarkan pertandingan dari Pulau Sumatera di kandang PSPS dan Sriwijaya, Pulau Kalimantan di kandang Persisam, PKT dan Persiba, serta PSM dari Pulau Sulawesi. Untuk pertandingan di Pulau Papua yang belum terjangkau, rasanya masih bisa dimaklumi karena jarak yang jauh serta biaya operasional yang tinggi. Namun yang patut disayangkan adalah adanya kasus tim yang menolak siaran langsung, seperti Persisam Samarinda yang menolak siaran langsung dengan alasan khawatir jumlah penonton turun dan kurangnya koordinasi dengan pihak terkait. Ini merupakan hal yang tidak lazim, apalagi dihubungkan dengan mitos "raja penalti" yang disematkan kepada Persisam karena jumlah penalti yang mereka dapatkan di pertandingan kandang musim lalu nyaris sama jumlahnya dengan total pertandingan kandang yang mereka jalani. Satu pertandingan yang sudah masuk jadwal tayang antara Persisam vs Arema Malang sudah dibatalkan. Jika hal seperti ini tidak ditindak lanjuti, dikhawatirkan tim-tim lain akan mengambil sikap serupa dan menolak siaran langsung ANTV.
Oh iya, satu lagi hal baru yang saya temui dari siaran langsung ISL adalah munculnya fasilitas live chat yang memungkinkan sms dari pemirsa dimunculkan sebagai running text yang akan terus ditampilkan di bagian bawah layar sepanjang pertandingan. Fitur live chat ini pada awalnya ditujukan agar suporter dari kedua tim yang bertanding bisa menyuarakan dukungannya dan dilihat oleh pemirsa dari seluruh Indonesia. Cukup inovatif memang, saya sendiri belum pernah lihat yang model begini di siaran langsung liga-liga Eropa. Tapi lama kelamaan, saya jadi sadar bahwa fitur live chat ini memiliki beberapa akibat negatif. Admin harus benar-benar bekerja keras dan objektif untuk menyeleksi pesan-pesan yang masuk, jangan sampai pesan-pesan yang berbau rasis, flame, offense, dan Out Of Topic (OOT) ditampilkan di running text.
Peranan admin menjadi sangat penting dalam pengaturan live chat, karena dalam beberapa pertandingan terakhir saya mulai melihat beberapa pesan dari suporter yang pemikirannya kurang dewasa. Kata-kata macam "Ajari tim xxx caranya main bola" atau "Lawannya cuma tim xxx, kasih 3-0 aja" mungkin adalah kalimat yang wajar jika diucapkan kepada sesama suporter yang satu kubu. Tapi untuk suporter tim lawan, hal tersebut akan sangat menyinggung dan bisa menyulut emosi bahkan permusuhan. Akan lebih baik jika admin menyeleksi betul agar hanya komentar dukungan yang bernuansa sportif yang ditampilkan. Saya sendiri membayangkan bakal sibuknya admin jika pertandingan yang disiarkan antara 2 tim yang memiliki sejarah permusuhan yang mendarah daging, seperti Persija Jakarta vs Persib Bandung atau Arema Malang vs Persebaya Surabaya. Siapapun tahu seperti apa pemusuhan antara Jakmania dengan Bobotoh atau Aremania dengan Bonekmania. Saya bahkan sudah pernah membaca pesan bernada permusuhan antar kelompok-kelompok suporter tersebut tampil di running text, padahal yang bertanding bukan tim yang mereka dukung. OOT yang kelewat batas saya pikir, karena suporter dari tim yang benar-benar bertanding saat itu tentu sangat terganggu membacanya. Semoga tidak muncul hal-hal yang tidak diinginkan dari fitur live chat ini. Perdamaian antar suporter akan membuat ISL lebih menarik dan menguntungkan dari segi manapun.
Overall, walau ada beberapa kekurangan, sejauh ini saya merasa puas dengan siaran langsung ISL yang ditayangkan ANTV. Jika tidak ada halangan, saya akan selalu standby 90 menit di depan televisi menyaksikan pertandingan, walau tim manapun yang bertanding. Bravo sepakbola Indonesia!!!

No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda di sini, tidak masalah walau menggunakan ID anonymous.